rss

Wednesday 14 October 2009

Catatan Perjalanan Merdeka Tour ke Pangandaran bareng "Cangkilung"




Tour ke Pangandaran ini adalah kali yang ke tiga bagi saya dan kesemuanya bersama grup Cangkilung-Bandung. Tour yang pertama adalah saat pergantian tahun baru tahun 2006/2007 dan yang kedua kalinya adalah saat merayakan hari Kemerdekaan RI ke 63 Agustus 2008. Kedua-duanya memberi kesan yang mendalam dan tak terlupakan .Yang pertama adalah  pertama kalinya melakukan perjalanan jauh yang sama sekali belum pernah dilakukan ( ±230 km), betapa rasa khawatir, ragu, senang bercampur baur menjadi satu dengan rasa haus akan pengalaman baru dalam gowes-menggowes, plus kesan suasana tahun baru di Pantai pangandaran dengan pesta kembang apinya wah buanget. Lalu yang kedua kalinya yang membuat berkesan adalah karena ditengah perjalanan, saat sampai di daerah Cipendeuy- Ciamis saya
 mengalami kram kaki, dan ditambah rasa sakit pada engkel/ tempurung kaki kanan yang linu saat ditekuk dan diluruskan (ini akibat perjalanan dilakukan full speed, terbawa arus kecepatan teman seperjalanan yang menggunakan sepedah balap, sedangkan saya menggunakan MTB dengan ban offroad ukuran 1.95), sebenarnya teman-teman sih menyarankan buat balik saat itu, tapi ... BALIK ... wah ngga ada tuh kamusnya, lagian baliknya sih ngga seberapa tapi malunya itu nanti saat di WARLOK – Lembang ...  ngga kebayang deh jadi bahan olok-olok teman bikers lainnya wuiiih ...ngga deh. Dan jadilah perjalananpun dilanjutkan,  meskipun dengan terseok-seok dicampur nyengir ngilu kesakitan. Dan Alhamdulillah saat itu saya bisa sampai juga di Pangandaran .... sebagai peserta paling akhir.


Perjalan ke tiga kalinya ini pun hampir sama dengan dua perjalanan sebelumnya, masih dengan Cangkilung, masih dengan MTB, dan masih dengan ban besar pula, yang membedakannya adalah ada niatan serta rasa penasaran untuk dapat melaksanakan touring ini full gowes bolak-balik , sementara di dua kali sebelumnya saat perjalanan pulang hanya ngegowes setengahnya sampai Mesjid Itje -Ciawi.




Start dari rumah tepat jam 05.00 setelah shalat subuh tentunya, terbagi dua grup sebenarnya rombongan kami, grup pertama sekitar 10 orang  menurut rencana akan  berangkat sekitar jam 04.00,  mereka berhitung pada kecepatan rata-rata peserta, karena memang grup Cangkilung kali ini yang ikut hampir setengahnya sudah lanjut usia, 50 tahun ke atas namun meski umur sudah tua, jangan ditanya semangatnya ... layaknya umur 20 an lah. Dan saya ada di grup kedua sekitar 5 orang lah, bersama Cilok, H. Dede, Yanto,  dan Nara


Sejak berangkat dari rumah saya sudah mencoba menghubungi Cilok, baik dengan SMS maupun call langsung, tapi tidak ada jawaban, mungkin mereka sudah pada berangkat, ngga apalah paling juga nanti kami akan ketemuan di Nagreg yang juga sebagai Pos I seperti touring-touring terdahulu begitu pikiran saya saat itu, dan sambil menghilangkan rasa penasaran saya pun lewat basecamp-nya Cangkilung di Caringin ya siapa tau  pada telat berangkatnya, namun ternyata rombongan benar-benar sudah berangkat, dan saya hanya melihat satu orang   berseragam cangkilung yang belum saya kenal tengah duduk seperti sedang menunggu seseorang, dan setelah tanya tanya dan ngobrol ternyata beliau namanya Soleh dan baru pertama ikut touring ke Pangandaran, sedang menunggu rombongan karena belum tau pasti apakah rombongan sudah berangkat atau belum, dan setelah saya pastikan bahwa rombongan sudah berangkat akhirnya kami berdua memutuskan untuk berangkat, dengan tujuan Pos I Nagreg, dengan kecepatan sedang kami pun bergerak menuju Pos pertama, dan  setelah kurang lebih 2,5 jam akhirnya kami berdua sampai juga di Nagreg, namun ternyata tidak ada rombongan Cangkilung di situ, baik yang sepuluh orang maupun grup Cilok yang 5 orang, wah kayanya harus tancap Gas neh menuju Pos 2 di Mesjid Itje - Ciawi , namun demikian di situ telah ada 2 goweser lain yang ternyata grup dari Kopo, mereka pun sama menuju Pangandaran dan sedang menunggu teman-teman yang lain yang katanya sekitar 10 orang-an, sambil istirahat sejenak dan memesan teh manis saya dan Soleh pun mencoba menghubungi Cilok kembali, namun masih tetap sama, nyambung tapi tidak diangkat, lalu saya tanya Soleh barangkali punya no Hp dari salah satu anggota Cangkilung, dan kebetulan dia punya no nya Yanto, maka dikontaklah no tersebut dan alhamdulillah nyambung ... dan ternyata Yanto bersama Cilok masih berada di sekitar rel kereta api Nagreg, dibelakang kami ... lho ???
Ternyata mereka terlambat berangkat, dan saat di Cibaduyut Yanto memanggil-manggil kami berdua, Cuma ngga kedengaran lagian konsentrasinya kan mereka tuh dah pada berangkat, jadi tidak memperhatikan lagi apa-apa, yang penting cepat sampai di Nagreg.

5 menitan kemudian mereka berdatangan, Cilok, H. Dede., nto, Nara, dan Deden (baru naik kelas 2 SMP) yang di kawal Bapaknya pake motor. Ngobrol lah kami ngaler ngidul sambil beristirahat dan menikmati Teh manis plus Ulẻn. Setelah kurang lebih 15 menitan istirahat, kami ber enam pun melanjutkan perjalanan dengan target Pos 2 Mesjid Itje. Disepanjang perjalanan saya ”ditarik” oleh Cilok yang meskipun badannya kecil tapi tenaganya wow jangan ditanya lah, dan  mungkin karena terus menguntit di belakang Cilok, badan rasanya tidak terlalu cape rasanya dan tidak terasa rombongan Cangkilung yang 10 orang-an itu akhirnya tersusul juga di Cipendeuy, dan hampir berbarengan dengan bergabungnya kami dengan rombongan besar berkelebatanlah sepedah-sepedah balap dari beberapa club di bandung dan satu club dari Cirebon dengan kecepatan tinggi meskipun ditanjakan cipeundeuy (sekitar 5 -6 km sebelum pos 2 Mesjid Itje).


Dan inilah yang kembali menjadi petaka buat saya, kejadiannya ketika saat melewati tanjakan cipeundeuy ini, sebenarnya saya sudah menggowes dengan penuh kehati-hatian dengan mengatur kecepatan kayuhan sedemikian rupa agar saya tidak kram lagi di sini seperti tahun sebelumnya, namun entah karena merasa badan masih enak dan fit, kecepatan saya tambah ketika ada biker dengan menggunakan sepedah balap melewati saya dengan kecepatan yang menggoda untuk dapat dilewati lagi, sekaligus memuaskan rasa penasaran untuk uji kekuatan. dan hasilnya tanpa ada peringatan dan tanda-tanda sebelumnya kaki kanan saya kembali kram ! wuaduhhhh
Sakitnya sih ngga seberapa ... malunya itu  bro !!
Dengan terpincang- pincang akhirnya sayapun menepi, dan satu persatu teman-teman Cangkilung pun lewat dengan sapaan-sapaan guyonan yang membuat saya nyengir-nyegir malu, salah satu anggota Cangkilung H. Dede berhenti dan menanyakan kondisi saya, dan setelah tahu saya mengalami kram akhirnya beliau menawarkan diri untuk mentreatmen saya. Karena minyak gosok tidak ada akhirnya beliau menggunakan air aqua persediann minum saya untuk membantu melemaskan otot-otot yang tertarik akibat kurang suplay oksigen tersebut . Dan kurang lebih sekitar ¼ jam-an akhirnya kaki kanan sudah mulai lumayan, tidak sakit dan kaku lagi saat digerakan. Sayapun melanjutkan perjalanan dengan perlahan-lahan agar tidak sampai kram lagi menuju Pos 2 dimana teman-teman Cangkilung telah menunggu dan istirahat sambil mengisi tangki bahan bakar .... makan siang. Sekita jam 11 an tibalah saya di Pos 2 dan segelas Teh Manis hangat, Nasi rames yang di tutup dengan Es kelapa muda menjadi bahan bakar saya menuju Pos III Mesjid Agung Banjar


Perjalanan menuju Banjar kembali saya melesat di rombongan terdepan meninggalkan rombongan lainnya, kali ini saya ditemani oleh Yanto dan Sholeh sementara Cilok kelihatannya menghemat tenaga buat rencana pulang keesokan harinya. Disepanjang perjalanan menuju Banjar kami bergantian memimpin di depan untuk menjaga kecepatan agar tetap konstant sekaligus mencoba kekuatan kaki kanan yang cedera akibat kram.

Dan Alhamdulillah terapi/treatment dari Kang Haji Dede ternyata mujarab, meskipun full speed n full power kaki saya aman-aman saja sampai di Banjar, Cuma akhirnya karena yang kita lewati bukan jalan utama Pos III pun jadi di mana saja,  kami bertiga di Mushola di pinggir jalan raya Pangandaran-Banjar, sedangkan rombongan yang lain entah di mana beristirahatnya yang jelas dibelakang kami bertiga, namun kita telah melakukan kontak dan kami akan bergabung saat rombongan tersebut lewat.


Setelah beristirahat sejenak, entah kenapa perut ini seperti minta di isi kembali, padahal jam baru menunjukan pukul 15.30 lebih sedikit lah, baru sekitar 3 jam-an dari pengisisan bahan bakar terakhir di Pos II, dan ternyata Soleh dan Yanto pun merasakan hal yang sama, akhirnya kami bertiga menisi kembali bahan bakar dengan baso di depan Mushola.
Ada tanda-tanda aneh yang terbaca oleh pikiran saya, ketika saya membawa Mangkok baso tersebut, dua kali tumpah membasahi kaki saya, aneh karena menurut logika saya saat itu mestinya tidak mungkin sampai tumpah  !!!
Sambil iseng saya ceritakan itu pada Soleh dan Yanto, mereka Cuma menanggap[i biasa saja,
”Akh etama pedah rusuh wae Pak (Akh itu mah hanya karena tergesa-gesa saja Pak”
begitu komentar Soleh
Dan saya pun melanjutkan menyantap habis Mie baso Banjar tersebut
Tidak beberapa lama setelah selesai menyantap Mie Baso tersebut lewat lah rombongan besar Cangkilung, kami pun bergegas menyusul untuk bergabung dengan mereka, namun saya agak terlambat karena saat mereka lewat saya begitu siap, jadilah saya sebagai peserta terakhir rombongan Cangkilung.


Sambil melaju menggowes si Fuji, pertanda kuah Baso yang tumpah dua kali sebenarnya sudah masuk dalam warning di otak saya (tahayul kali ya), dan membuat saya sedikit khawatir sekaligusberhati-hati. Dan entah kebetulan atau apalah namanya, kekhawatiran saya terbukti. Saat itu ketika saya hampir bergabung dengan rombongan besar kira-kira 200 meteran lah, dibelakang terdengar suara klakson mobil berkali-kali, saya pikir pengemudinya dalam keadaan sadar dan normal lah tidak akan menubruk saya dari belakang, sayapun meminggirkan si Fuji agar mobil di belakang bisa melewati saya dengan aman, tapi  ternyata pengemudinya rada bego kali, dia menyalip pada saat yang sama dari arah berlawanan sebuah Bus juga lewat, sehingga posisi ketiga kendaraan yang beda kekuatan tersebut pada saat yang bersamaan berada dalam posisi sejajar, kepala mobil ( ternyata kijang ) sih sudah lewat, namun bagian belakangnya menempel distang kanan sepedah saya, dan dalam hitungan detik ... Gdubrakkk !!!
saya pun terjerembab kearah kanan ... ke tengah jalan !!!
Saya pun bangun dengan cepat sambil mengacungkan tinju plus sumpah serapah yang terlontar begitu saja tanpa sadar kepada mobil kijang yang melaju tidak berhenti. Saat itu saya di tolong oleh penduduk sekitar sambil diberi  Dan Syukur Alhamdulillah badan pun hanya tangan da kaki kanan saja yang lecet, yang agak berat nih tulang iga sebelah kanan, sampai dua mingguan sih masih terasa sakit saat menarik napas atau saat tertawa.
bersambung euyyyy .... 
berburu sunset, dan perjalanan pulang

2 comments:

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.

Post a Comment