rss

Thursday 12 February 2009

Gabung Dengan Threeple-C To Siweh (II-habis) ... Asruk-asrukan euy


by : coe
Tantangan pertama adalah mentas walungan di atas curug layung, yang saat itu airnya cukup deras karena mungkin di guyur hujan beberapa hari sebelumnya

Semua anggota bahu membahu membuat pagar betis untuk mengestafetkan 70 sepedah dan orangnya untuk nyebrang. tantangan ini memakan korban
satu sepeda yang terseret arus, sebenarnya orangnya pun katanya ikut terseret cuman kebetulan wae dia bisa pegangan pada pohon yang ada di situ, jadi sepedahnya saja yang terus meluncur ke arah air terjun, gebyur .... dan menghilang,  Um Andre dan beberapa anggota mencoba mencari sepedah dibawah curug dengan melemparkan tambang yang ujungnya dikasih pemberat namun usaha itu nihil, tak beberapa lama Pak Ketua, Um Denny memberitahu bahwa ada orang yang akan membantu mencarikan sepedah yang hilang, tapi ternyata setelah di coba berenang beberapa kali, akhirnya usaha ini pun tetep sia-sia karena air di curug layung cukup dalam dan deras, dan orang yang mencari tidak sanggup berenang sampai ke bawah curug (air terjun), lalu di sepakati dalam perjalanan pulang nanti akan di cari kembali sambil menunggu air agak surut.


Ada sedikit wacana dari bisik-bisik obrolan anggota, termasuk Pak Dokter waktu dalam perjalanan, "kita iuran aja we lah deh satu orang minimal 10 rebu kituh, ataw berapa lah yang penting jadi sepedah lagi " begitu kira-kira yang tertangkap dari obrolan beberapa anggota. ya mudah-mudahan saja rencana ini bisa jalan amminnn ....karunya atuh mau senang-senang eh malah sapedah melayang (berita terakhir sepedah yang hilang sudah ditemukan oleh Um Andre saat air surut, satu hari setelah kejadian)

Petualangan dilanjutkan langsung tanjakan dengan level 00 lho koq 00 ??? ya iyalah da baroraah digoes bet di dorong sajah riweuh sudah nanjak licin pula bah ! rute ini mah boro-boro jalan sambil nuntun sapedah, jalan kaki hungkul ge sudah susah licin pisan lah pokonamah apalagi saya yang pake sandal gunung, kalo udah kaki udah kemasukan air plus tanah waduuhhh licin pisan.
di sepanjang jaln beberapa anggota threeple-C sudah mulai teriak-teriak sambil bercanda,
"na euwuh deui jalan ieu teh !!!!" ....
"aya nu leuwih becek jeung le eur nteu !!! "
itulah beberapa teriakan yang keluar dalam perjalanan di jalan yang sempit, becek dan licin dan berlumpur, diperjalanan itupun kami melewati beberapa selokan/kali kecil , kalo tidak salah mah antara 4 sampai 5 lah , ada yang bisa dilewati sambil ngagoes ada yang harus diangkat karena airnya cukup dalam dam berlumpur, disepanjang jalan, beberapa anggota threeple-C yang dulunya berasal dari daerah pegunungan, menerangkan bahwa banyak tanaman-tanaman hutan
yang bisa kita konsumsi, baik daunnya maupun air yang keluar dari batangnya, saat itu dia menunjukan sebuah tanaman mirip dengan keladi yang batangnya bisa dimakan dan rasanya kecut, asem cenah ... sayah sendiri tidak berani nyoba sieun nyeri beuteung akh maklum sensitif pisan nih perut teh

Selang beberapa lama rombongan tiba-tiba berhenti alias macet, saya yang kebetulan berada dirombongan paling belakang karena habis mengambil gambar tidak tahu persis apa yang terjadi hanya bisa menduga-duga, apa ada yang celaka, jalan buntu, atau apa, namun beberapa saat kemudian rombongan mulai bergerak kembali meskipun dengan sangat pelan-pelan, dan akhirnya saya tahu kenapa rombongan tersendat-sendat . . .
ternyata disana di depan saya agak kebawah PAk WAWAN dan enam orang kawannya sedang bahu membahu meyebrangkan sepedah secara estafet melalui sungai yang kira-kira lebarnya sekitar 3 atau 4 meter yang dalamnya sebatas dada dengan arus keliatannya mah cukup deras. pantes weh macet ...

"OOI sepedah turun disini semua, kalo orang boleh pilih lewat sini atau lewat jembatan darurat"
begitu teriakan rekan-rekan di bawah, dan didepan sebelah kanan saya memang terlihat ada 2 batang pohon tumbang yang entah disengaja atau tidak persis ujungnya jatuh disebrang sungai, yang satu berukuran kecil dengan masih penuh dahan dan dedaunan sedangkan satunya lagi seukuran badan yang ranting dan daunnya sudah tidak ada lagi dan kelihatannya pohon ini sudah sering dipakai sebagai jembatan oleh penduduk yang kebetulan lewat di hutan ini, hanya saja tidak ada tempat berpegangan. setelah menyerahkan si Fuji untuk di estafetkan kesebrang sayahpun menuju jembatan pohon untuk menyebrang, sebenarnya menyebrangi sungai lewat pohon seukuran badan bukanlah pekerjaan sulit jika dalam keadaan normal bari lumpat ge bisa lah, tapi ini dalam kondisi ekstrim, batang pohon dilumuri tanah basah, alas kaki yang berupa sandal gunung juga dalam keadaan basah dan licin, jadi we nyebrang dengan cara ekstrim juga,
yaitu dengan duduk mengesot-ngesot ngarayap ... da siuen labuh tea soalnya di tas belakang ada hp dan kamera, kan gawat mun tikeceburmah.

Setelah semua sepedah dan orangnya nyebrang rombongan kembali mogok, wah aya naon deui yeuh ... selidik punya selidik ternyata kita kehilangan jalan alias sasab karena ternyata jalan didepan tertutup tanah longsor !!!
waduh gawat nih masa mo balik lagi lewat sungai tadi ???

P Wawan dan dua rekannya berinisiatif jalan merayap ke atas sedangkan Um Andre dan satu orang rekan balik kembali menyebrangi sungai mencari jalan alternatif sementara anggota yang lain melakukan kegiatan masing-masing, ada yang murak bekel, ngaroko, ngobrol dan lain sebagainya, taklama kemudian Um Andre datang "Ayo kita balik lagi sajah" cenah, " sayah udah menemukan jalan alternatif dan tetep akan sampai tujuan" begituh Um Andre bilang.
Tapi pa Wawan pun di atas menemukan jalan juga hanya memang arahnya belum tau kemana. Dan beberapa anggota termasuk P Wawan tidak mau balik apalagi harus mengangkat 70 sepeda
menyebrangi sungai lagi "wah ngga mau sayah mahm cape nih kalo harus nyebur lagi mah tiris deuih" begitu cenah ceuk Pa Wawan.

Tapi karena waktu sudah lewat Ashar, dan arah ke atas belum tahu betul arahnya, akhirnya kami sepakat balik lagi menyebrangi sungai ...
kali ini saya, Um andre dan 4 orang lainnya kebagian mengestapetkan sepedah menyebrangi sungai ...
Tas saya titipkan untuk dibawa nyebrang lewat jembatan pohon, dan sayapun mencemplungkan dir ke sungai, begitu saya cemplungkan kaki ... nyepp ... waduh mak dingin buanget brrrr ..., mana lapar lagi, padahal dari awal Um Andre sudah wanti-wanti untuk bawa perbekalan secukupnya karena dalam 3 atau 4 jam perjalanan di hutan tidak ada warung ...
ya iyalah di hutan gitu lokh !!!

dalam proses evakuasi sepedah, saya cukup "beruntung" karena kebagian ditengah aliran sungai yang arusnya sangat deras he he he . . . untungnya dijalur penyebrangan itu ada pipa paralon seukuran paha yang membentang jadi bisa dipakai penahan agar badan tidak terbawa arus, namun demikian masih saja badan ini hampir terbawa arus, dan untungnya lagi ada Um Andre disebelah yang menjewang saya supaya tidak kabawa palid ...TQ Um.
sambil menahan arus air dan dingin dibadan satu persatu sepedah diestafetkan kembali menyebrang, dan kira-kira setengah jam kemudian akhirnya sekitar 70 sepedah selesai menyebrang, dan saya pun lanjut menyebrang bersama Um Andre dan yang lainnya dengan tangan dan bahu pararegel he he he.

Perjalanan dilanjutkan dengan pakian basah kuyup dan badan mengigil kedinginan ...
jalan tetap tidak banyak berubah, hanya dirasakan terus mendaki ... rombongan pun mulai terpilah-pilah, dan karena sesekali saya mengambil gambar untuk dokumentasi sampai anggota paling akhir termasuk team penyapu yang dipimpin oleh Kang Feby, akhirnya sayapun tercecer dirombongan terakhir bersama 10 orang lainnya termasuk sang fotografer. Setelah cukup lama mendaki, jalan sudah menunjukan tanda-tanda menurun meskipun tetap licin dan berlumpur, dan tidak beberapa lama jalan sudah mulai ada berbatu-batu dan mendatar dan satu dua sudah kelihatan rumah penduduk yang menandakan kami sudah dekat sampai ditujuan ...
saya berserta 10 orang lainya akhirnya nyampe juga di pos perberhentian terakhir bergabung dengan anggota lainnya yang sudah lebih dahulu nyampe dan disambut hangat oleh Um Andre
" Gimana Kang Coe masih ada di belakang ngga " sapa Um Andre
" Oh iya Um ada 4 orang lagi sedang membetulkan drayer belakang yang patah " cek sayah teh
" Ok atuh kita break sebentar sambil menunggu teman lainnya, karena akhir perjalanan sudah dekat" begitu tambah Um Andre.
beberapa saat kemudian rombongan terakhir tiba dan setelah diperiksa drayernya oleh team mekanik, akhirnya sepedah dinyatakan layak pake cuma pelan-pelan wae cenah.
Dan memang setelah melewati jalan berbatu yang dikanan kiri tumbuh rerumputan liar akhirnya kami pun nyape di jalan besar yang berkerikil, dan kalo tidak hati-hati bisa terpeleset jatuh.

sebenarnya di pos terakhir tadi Um Andre dan Um Deny sudah wanti wanti jangan berhenti dijalan karena kita akan makan siang di rumah Um Denny,
tapi gimana dong nih perut ngga bisa di ajak kompromi, apa lagi makan berat terakhir adalah tadi sekitar jam 12 an di warung sebelum curug layung, itupun cuma 2 lontong n 4 gehu anggota yang lainpun kayanya ngga beda-beda jauh lah, jadi begitu bertemu warung, breg saja para bikers teh termasuk saya berhenti cari makanan, ada yang nyabet lontong, roti, bolu , krupuk, dlsbgnya, dan sebagian beruntung bisa pesan kopi atau teh panas, pas saya mo pesen " wah punten Den caina seep " duh ....terpaksa we saya melanjutkan ngagoes cari warung lainnya dan alhamdulillah akhirnya ada warung juga dan disana sudah ada Pak dokter yang sedang ngopi, dan sayapun akhirnya ikut pesen kopi juga ...
Rencananya sih beres ngopi kita semua mo ke rumah Pak Ketua (Um Denny) untuk makan siang eeeehhh makan sore hehehe, tapi masalahnya saya dan rombongan terakhir termasuk pa Dokter belum tau rumahnya Um Denny, untungnya pa Dokter yang temen dekat (temen dekat koq ngga tau rumahnya ya kumaha ieu teh pa Dokter ???) Um Denny punya no HPnya, jadi telponlah beliau, dan setelah beberapa saat didapat informasi bahwa rumah Um Denny di Bukit Cipageran, maka meluncurlah sayah bersama rombongan tersisa. Namun ternyata alamatnya tidak semudah namanya, karena beberapa kali kita harus tanya sana tanya sini, meskipun akhirnya sampai juga kita ...bertepatan dengan adzan magrib dirumah pa Ketua tea Um Denny. begitu rombongan datang beliau beserta istri dan keluarga ngabageakeun kita, bergabunglah kita menghabiskan hidangan yang sudah disiapkan ...
akhirnya ketemu nasi juga neh dan cai teh panas, amis deuih ...

Nuhun Um Denny, Um Andre, n segenap pengurus threeple-C nantimah cari lagi rute nu sakalian ngojay nya ha ha ha ha ha ......




0 comments:


Post a Comment