rss

Saturday 26 July 2008

Tour D Maribaya


by : matuh

Selamat pagi dan jumpa kembali bersama kami, kali ini kami ingin berbagi cerita kepada Lapan Bikers Community yang pada hari ahad tanggal 20 Juli 2008 tidak bisa ikut karena ada acara lain, mudah-mudahan dilain kesempatan bisa bareng bersama kami. Peserta yang ikut perjalanan ke Maribaya dari kantor de-LAPAN orang yaitu Coe, Dodi, Efendy (apih fendi), Yayan, Andi Aries, Slamet, Mamat dan Geo putranya Coe yang masih duduk dibangku sekolah dasar kelas 6. Dari kantor berangkat jam 7.00 dan akan menyusuri rute yang telah ditetapkan


Seperti biasa Coe tugasnya warawiri depan belakang mengawasi dan memberi instruksi agar rombongan tertib di jalan serta merangkap jadi kameramen maka dari itu jarang terlihat difoto dokumen karena berada dibelakang kamera (lain kali gantian dong hehehe), sedangkan Pa Dodi Suryaman didaulat Sknya untuk jadi penyapu jalan jadi selalu berada dibelakang. Rombongan berderet satu persatu melaju kecuali kameramen yang slalu warawiri depan belakang cari posisi shoot yang baik. Mulai dari simpang kondisi jalanan naik hingga terminal angkot Dago. Mulai sepanjang perjalanan yang dilakui ga tertib lagi yang masih kuat genjotannya melaju kencang, disitu awalnya aku berada diposisi dua,kemudian yayan (dejan) nyalip bersama Aries, kemudian Slamet nyusul juga,dibelakangku ada Geo dan penyapu jalan (Dodi), nafasku mulai ngos ngosan,laju sepedaku mulai merayap dengan gigi 2,2, bahkan sampai 1,2 walau pelan akhirnya aku sampai juga melewati terminal, Dago disana sudah disambut oleh dejan dan aries juga apih fendi, dengan perasaan bangga tanjakan pertama yang panjang dapat dilalui tanpa mendapat kesulitan, aku tidak berhenti diterminal itu melainkan melaju terus karena jalan sedikit turun, beberapa puluh meter dari situ sudah membentang jalanan naik lagi sampai persimpangan menuju pakar THR dan menuju lapang golf. Ditanjakan ini aku mendapat sedikit masalah dengan sepedaku giginya loncat-loncat antara gigi 1,2 dan 1,1 dalam pikirku bakalan repotin coe lagi padahal tadi pagi sebelum berangkat aku ditanya kondisi sepedaku oleh coe, jawabku gapapa. Kejadian ditanjakan ini pengalaman buruk untuk yang kedua kalinya karena minggu lalu terjadi juga pada saat mau ke bandrek nyusul p dodi dan heryaman yang sudah berada di atas yang waktu itu akhirnya aku putuskan untuk batal ke bandrek dan pulang lewat taman makam cikutra. Kali ini aku coba sendiri perbaiki setelah sampai ditempat datar seperti yang biasa aku lihat coe lakukan, aku lanjutkan perjalanan tiba-tiba muncul p dodi yang sudah ancang-ancang untuk mengarungi tanjakan pakar, kira-kira 50 meter aku bareng tapi sepedaku ngadat lagi ga bisa pakai gigi 1,1, aku berhenti sebentar perbaiki rantainya dan lajutkan ngagoes dengan gunakan gigi 1,2 cape dehhh. Aku sudah ga ingat kalau tanjakan itu cukup jauh karena sudah sekitar 25 tahun lalu jalan ketempat itu. Dengan nafas ngosngosan akhirnya aku sampai juga ke pelataran parkir THR Pakar, kedatanganku disambut hangat oleh Gatot, sebenarnya aku kaget ada gatot di parkiran pakar itu karena waktu berangkat dari kantor gatot ga ada (dia cerita berangkat duluan dan sudah nunggu disana sejak jam 7, padahal udara disana dingin sampai menusuk tulang iga bayangkan untuk menjaga kehangatan tubuhnya dia sudah menegak 3 gelas air kopi. (untungnya ga ada salju turun, kalau ada sudah jadi patung kali). Lumayan lama kita-kita istirahat dipelataran parkir pakar sambil menunggu rombongan terakhir sampai disana. Coe datang parkirkan sepedanya dan bergegas balik jalan untuk menjemput kedatangan Geo dan apih fendi. Kami semua menyambut kedatangan mereka sambil bersenda gurau. Pesertanya jadi sa-LAPAN orang yang siap melanjutkan perjalanan ke maribaya, sebelum berangkat aku minta coe untuk periksa kendaraan sepedaku yang ngadat, setelah disetel-setel aku disuruh nyoba keliling-keliling di parkiran pakar yang sudah mulai dipadati pengunjung, tidak lama kemudian rombongan kami berangkat melewati pintu lain yang berada di atas untuk menuju goa jepang, dimulut goa jepang kami berkumpul untuk bergaya sebagai para atlet untuk kepentingan dokumentasi. Perjalanan menuju ke Maribaya bisa melewati goa jepang, tapi kami tidak masuk ke goa melainkan melewati jalan khusus samping goa, banyak para pejalan kaki lalu-lalang yang berukuran 1.2 meter lebar jalannya sudah menggunakan paving blok, satu persatu sepeda melaju melalui jalan itu sambil minta maaf pada para pejalan kaki karena kami menggangu kenyamanan perjalanan mereka, ada beberapa tanjakan yang kami lalui, setelah tanjakan dikiri atau kanan jalan ada warung dan balai balai untuk ngaso bagi yang kecapaian untuk beristirahat sambil jajan. Satu persatu tanjakan aku lalui dengan nafas ngosngosan sambil bersenda gurau dengan yang lain, dua kali aku turun dari sepedaku, Gatot berceloteh saat aku turun dan mendorong sepeda ”munding yang biasanya ditungtun mah kalo sepeda dinaiki hehehe ” ( aku turun dari sepeda karena aku kasian pada sepedaku, udah jalanan nanjak berat lagi aku naiki hehehe cari pembenaran ah). Rombongan berhenti di atas jembatan untuk ngaso menghirup udara segar dan melihat keindahan pemandangan sekeliling hutan, dibawah ada sungai besar yang airnya jernih mengalir cukup deras. Kami berfoto ria sekitar itu dan sekalian pesan makanan ke ibu warung untuk sa-LAPAN orang karena perut sudah mulai keroncongan sambil menunggu pesanan datang kami bercengkrama cerita pengalaman masing-masing sepanjang perjalanan yang dilalui, aku sendiri membayangkan kalau dihutan yang dilalui tadi ada tanaman buah-buahan asyik juga, kita tahu hutan tanahnya subur banyak mengandung humus, koesplus bilang tongkat kayu bisa jadi tanaman apa lagi kalau bibit tanaman yang ditebar, sayang biji-biji nangka yang aku siapkan ketinggalan dirumah kata Coe n Dodi sudah PDI hehehe, Apa itu PDI? (untuk yang akan datang gimana kalo kita programkan pelemparan biji-bijian seperti pepaya, duren, mangga dsb sepanjang hutan yang kita lalui, mudah-mudahan tumbuh, kan dalam waktu 2 atau 5 tahun yang akan datang buahnya dapat dinikmati para pengguna jalan yang lewat kesitu). Timbel nasi merah pakai beuleum peda dan teman-temannya sudah datang nih membuat kami bersemangat menyantapnya,karena warungnya penuh banyak pengunjung, kami makannya lesehan dipinggir jalan dekat sungai, bukan tikar yang kami gunakan untuk alas tapi dua helai kain ibu warung. Recok dah jadinya, ibu warung panik karena adanya permintaan sambal yang habis, dia mendadak menggerus lagi. Coba kalo ada pete atau jengkol makannya akan tambah dahsyat lagi.. Nikmat sekali rasanya makan dihutan, rasa cape dan dahaga sirna sudah. Rasa ngantukpun sempat datang bersamaan dengan semilirnya tiupan angin. Dari hasil survey team pelacak yaitu coe n dejan yang dilakukan saat kita-kita istirahat, dilaporkan bahwa perjalanan berikutnya ditempuh dengan jalan kaki sepeda ga bisa dinaiki karena jalannya bebatuan terjal dan naik, sapeda boleh dipanggul atau ditungtun jiga munding hehehe saur Coe bari imut ngagelenyu. Bral rombongan mulai berangkat lagi dengan perlengkapan masing-masing dibawa terutama sepeda., sekitar 50 meter jalan bercabang yang ke bawah menuju taman wisata maribaya sedangkan yang satunya lagi nanjak menuju lereng bukit jalannya semakin terjal dan penuh rerumputan ilalang orang pun semakin jarang lalu-lalang tidak seperti halnya tujuan tempat wisata maribaya yang persis berada di bawah, di atas hanya bisa melihat dan mendengar hiruk-pikuknya aktivitas di tempat wisata maribaya. Jalanan sudah mulai mendatar, kami bertemu dengan segelintir orang yang sedang bekerja mengambil ranting-ranting untuk kayu bakar,kutanyakan perihal jalan tembus ke jalan raya yang sedang kami jalani rupanya sudah dekat, sayup-sayup suara kendaraan didepan mulai terdengar,kamipun mulai menggenjot lagi sepeda dengan semangat karena yang kubayangkan tanjakan sudah ga ada lagi. Tidak lama kemudian sampailah ke jalan raya maribaya tetapi tanjakan di jalan rayanya masih belum berakhir, kami hanya bisa menggenjot kira-kira 200 meter selanjutnya ditungtun deui wae, emangnya munding hehehe. P dodi, Aris, Slamet, yayan dan Coe berhasil ke atas dengan menggenjot sepedanya, yang lainnya sami sareng abdi ditungtun. Di atas jalanan sudah datar semua menunggu barisan pejalan kaki termasuk aku, istirahatlah dipinggir jalan itu untuk menghilangkan rasa dahaga dan cape sambil cerita masing-masing pengalaman yang dialaminya sambil bercanda ketawa ria, kebetulan ada pohon yang rindang jadi kami bebas duduk-duduk sekitar pohon itu, malah ada yang tiduran.. Sasaran berikutnya lembang sambil lihat kiri kanan mencari kelapa muda agar semangat lagi menggenjot sepedanya, Geo nyeletuk nanya pak ada tanjakan lagi ga, aku jawab agak ragu ga ada, sudah males ya takut tanjakan,padahal dalam hatiku juga ada perasaan yang sama Cuma ga berani ngomong. Ga lama kemudian coe kasih tau routenya potong jalan ga nanjak melalui jalan yang kiri kanannya kebun sayuran. Sepedaku melaju kencang jalannya datar hingga lembang dan langsung belok kiri tujuan pasteur. Di jl setiabudi jalanan cukup padat kami terus meluncur disela-sela mobil,sempat berhenti di restoran tapi yang dicari kelapa muda ga ada, akhirnya diputuskan untuk melaju lagi sampai pasteur di kedai kelapa kami berhenti dan langsung satu persatu pesan glek-glek-glek wueeenak, tak terasa waktu dah pukul 12 , kami bergegas kekantor dan ga lama langsung meluncur lagi lewat pasopati –cicaheum- ujungberung dan akhirnya masuk kandang deh

wassalamu'alaikum wr. wb.


0 comments:


Post a Comment